Tak ada lagi yang berubah meski kenangan sudah berhasil kau kemas dan luka tak lagi membuatmu cemas, sebab kepergian selalu terasa nyata dan kesepian selalu mencari teman. Di depan cermin ada sejarah yang mengulang-ulang dirinya, memanggilmu dari kejauhan. Aku bersembunyi di sudut lain membiarkanmu menatap wajah yang selama ini bertarung dengan ragu: benarkah sejauh ini pernah ada kita di situ?
Tak ada yang terganti meski ingatan tergulung rapi dan kau sudah menyediakan ruang yang lain lagi. Sebab ruang yang kau peram selalu memantulkan diri setiap kali kau mulai meraba pipi: di depan cermin kau membayangkan tanganku mengusap lagi wajahmu, menyentuh kembali kenangan itu. Ada yang mengalir di pipimu, tapi bukan air mata. Seperti ingatan yang mencain dan mencari rumah. Rindu yang pergi dan pulang ingin sekal rebah.
Tak ada rumah yang kau ingat di balik cermin itu.
Sebab tak pernah ada kau dan aku.
Selasa, 15 April 2014
Setelah Cinta Datang
Pernahkah kamu berfikir,
bagaimana seandainya kalau aku dan kamu bersama?
Apakah kita menjadi pasangan
paling hebat di dunia?
Ataukah kita akan menjadi pasangan
paling tidak waras di dunia?
Bukankah sebelum kita bertemu
aku baik-baik saja tanpa kau
dan kau juga baik-baik saja tanpa aku?
bukankah sebelum kita bertemu, semuanya bergerak
seperti biasa dan apa adanya?
Lalu jika yang mereka sebut cinta itu malah mengubah
kosmos menjadi chaos apa ia ada?
Mengapa cinta membuatku mencintaimmu?
bagaimana seandainya kalau aku dan kamu bersama?
Apakah kita menjadi pasangan
paling hebat di dunia?
Ataukah kita akan menjadi pasangan
paling tidak waras di dunia?
Bukankah sebelum kita bertemu
aku baik-baik saja tanpa kau
dan kau juga baik-baik saja tanpa aku?
bukankah sebelum kita bertemu, semuanya bergerak
seperti biasa dan apa adanya?
Lalu jika yang mereka sebut cinta itu malah mengubah
kosmos menjadi chaos apa ia ada?
Mengapa cinta membuatku mencintaimmu?
Aku Ingin Mencintaimu dengan Sederhana
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti embun hinggap
di tepian daun dan tanah yang sabar
menyambutnya jatuh
aku ingin mecintaimu dengan sederhana
seperti mata yang berkedip
menyambut pagi, dan daun jendela
yang mengintip matahari
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti gerimis
pada jendela dan uap nafasmu yang menulis nama: 'kita'
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti waktu yang tak pernah berhenti dan senyummu
yang mengabadikannya
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan sebuah peluk yang sebentar
dan satu kecup yang perlahan saja
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti kata 'rindu' yang kuucap dan kau membalasnya
dengan 'aku juga'
seperti embun hinggap
di tepian daun dan tanah yang sabar
menyambutnya jatuh
aku ingin mecintaimu dengan sederhana
seperti mata yang berkedip
menyambut pagi, dan daun jendela
yang mengintip matahari
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti gerimis
pada jendela dan uap nafasmu yang menulis nama: 'kita'
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti waktu yang tak pernah berhenti dan senyummu
yang mengabadikannya
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan sebuah peluk yang sebentar
dan satu kecup yang perlahan saja
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti kata 'rindu' yang kuucap dan kau membalasnya
dengan 'aku juga'
Midnight In Your Eyes
Kegelapan malam inikah yang kau lihat di mataku?
Tidak ada apa-apa di sana. Hanya sehamparan
hitam yang tidak pernah menghendaki putih.
Hanya sebentangan bayangan yang tidak menginginkan secercah pun cahaya.
Hanya setumpuk luka yang tidak menginginkan kesembuhan.
Hanya keheningan yang tidak menginginkan ada suara
Tidak ada apa-apa di sana. Hanya sehamparan
hitam yang tidak pernah menghendaki putih.
Hanya sebentangan bayangan yang tidak menginginkan secercah pun cahaya.
Hanya setumpuk luka yang tidak menginginkan kesembuhan.
Hanya keheningan yang tidak menginginkan ada suara
CINTA
Mengapa cinta membuatku mencintaimu,
ketika pada saat yang sama
kau mencintai orang yang bukan aku?
Ketika telah membuka hati,
aku punk harus bersiap untuk kehilangan lagi.
Apakah setelah cinta memang harus selalu ada
air mata dan luka hati?
Kalau begitu,
bagaimana jika kita bicara satu hal saja.
Tanpa ada yang lain setelahnya.
Kita lihat ke mana arahnya bermuara.
Langganan:
Postingan (Atom)