Kala gelisah menjamu ketermanguan, beginilah cinta kueja
dalam kata:
"LELAH, AKHIRNYA. HANYA ADA GETAR LEMAH YANG TERSISA,
SETERUSNYA, KATA-KATA TAK BERWUJUD SAPA. AKU HANYA
BISA MENERIMA JIKA INI MEMANG SEHARUSNYA."
Dan, beginilah cinta kujamu dalam doa, ketika menyapa
ruang hampa dan mencari sandaran:
"TUHAN, TEMANILAH DALAM KEGELISAHAN INI. ITU SAJA."
Tak pernah ada kata sia-sia untuk sebuah doa. Setitik terang
terpendar, di keesokan harinya. Kupagut lagi cinta dalam rona
senyum yang menepikan praduga:
"MENDEKAP SIANG, MENIMANG MIMPI. JALANI LAGI, GETAR
YANG SEMPAT MENGENDUS RAGU DALAM LAJUNYA."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar