Kalau
ada satu hal yang selalu kamu jaga baik-baik, itu adalah perkataanmu. “Karena
apa yang kita katakan, bisa melukai perasaan orang lain,” katamu. Saat itu, aku
cenderung setuju. Tetapi kemudian, hidup mengajariku satu hal.
Hal-hal
yang kita simpan dalam diam serupa stoples kecil yang terus disesaki
cangkang-cangkang kerang. Ada rasa terganggu yang menunggu setiap kali menatap
cangkang-cangkang kerang itu bersesakan di dalamnya. Rasa takut ketika
cangkang-cangkang di lapisan teratas sudah semakin mendekati bibir stoples.
Rasa cemas ketika stoples mulai sulit untuk ditutup.
Rasa
sakit ketika kita melesakkan cangkang-cangkang kerang itu lebih dalam. Rasa
tercekik ketika kita memaksakan tutup stoples agar bisa tetap terpasang pada
tempatnya; menghancurkan cangkang-cangkang di bagian bawah stoples menjadi
bubuk-bubuk halus dalam prosesnya. Rasa bersalah ketika kulit-kulit kerang di
lapisan tengah ikut berderak dan retak saat kita berusaha mengadakan ruang
untuk kulit-kulit kerang baru di bagian atas.
Waktu
menyadarkanku, bahwa hal-hal yang tidak (pernah) kita katakan ternyata bisa
melukai perasaan orang lain jauh lebih dalam, sekaligus melukai perasaan kita
sendiri. Menimbulkan sesak di dada. Semacam sesak yang tak mau pergi, tak
peduli seberapa dalam kita menghirup udara. Lama-lama, ia membuat kita lupa
seperti apa rasanya bernapas lega.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar