Cinta adalah sebuah seni, love is an art. Seperti hidup juga sebuah
seni. Jika kita ingin mempelajari bagaimana seni mencinta, sebaiknya
kita juga menggunakan proses yang sama saat kita mempelajari sebuah
seni.
Cinta bukan sebentuk benda yang dapat dilihat simetris, kanan-kiri.
Cinta selalu melibatkan 2 pihak yang berkepentingan dan memiliki
kepribadian yang berbeda. Memandang cinta sebagai bentuk benda adalah
sia-sia dan melelahkan.
Tetapi mungkin itu jawaban mengapa sedikit orang yang benar-benar
ingin mempelajari seni mencinta, meskipun mereka gagal mencinta,
meskipun mereka memiliki gairah akan cinta, meskipun mereka haus akan
cinta.
Hampir semua hal di dunia ini dianggap lebih penting untuk dipelajari
daripada cinta, seperti kesuksesan, uang, kuasa, ilmu sains, pekerjaan,
kehormatan, bahkan anak. Hampir semua energi kita gunakan untuk belajar
meraih ilmu-ilmu tersebut tetapi tidak ada yang menyentuh seni
mencinta.
Seni bercinta iya banyak ilmunya, tetapi bercinta tanpa mencinta itu hampa rasanya.
Mencinta seseorang adalah memberikan diri kita dengan utuh kepadanya tanpa kehilangan diri kita.
Sehingga bila kita tidak memiliki diri kita maka tak akan mampu kita mencinta orang lain.
Miliki dulu diri kita, cintai diri kita, ini bukan tentang egoisme,
ini tentang daya kita memberikan hidup pada jiwa kita untuk secara
mantap bertanggungjawab penuh dengan segala keputusan yang kita buat,
menerima utuh kelebihan dan kekurangan kita, konsekuen dengan perkataan
dan berani mengambil sikap sesuai nilai yang kita anut dan
bertanggungjawab terhadap lingkungan sosial. Itulah esensi dari rasa
mencinta ke diri sendiri.
I love myself, I love being myself, I love this world I live in and I take responsibility in everything I step in this world.
Itulah cinta kita pada diri kita.
Berikan itu pada orang yang kita cinta, berikan gairah hidup,
pemaknaan diri tanpa memaksa, pemahaman utuh kita tentang dunia,
ketelanjangan kita mengenai dunia kita. Tanpa harus kehilangan diri kita
sendiri.
Ia juga memberikan dirinya pada kita. Tanpa kehilangan dirinya.
Hatiku dan hatinya menyatu dan melebur jadi satulah… sehingga terjadi
We Love Us, We love for being Us, We love the world we live in, and we
will take responsibility in everything we step in this world.
Cinta itu memberdayakan satu sama lain, membuat satu sama lain
berkembang pada titik maksimal kehidupan dan tetap saling menautkan
hati. Itulah esensi seni mencinta.
Cinta bukan memperdayakan dengan sebatas “jemput aku”, “tolong aku”,
“aku akan bunuh diri jika kamu tidak menurutiku”, “aku marah kamu tidak
datang”. Itu bukan cinta, itu egois.
Buat apa saling cinta jika hanya saling menyakiti ? Itu bukan cinta, itu penyiksaan dengan pura-pura mengatasnamakan cinta.
Pengorbanan juga bukan cinta, itu ego. Buat apa kita memberikan diri
kita dan kehilangan diri kita hanya untuk membuktikan bahwa aku
habis-habisan untukmu lalu aku mati… Itu ego. Itu bukan cinta. Itu
bentuk keinginan untuk diakui yang sudah pada titik habis.
Saling mencinta adalah saling berkembang bersama kearah yang lebih
baik. Menggandeng jiwa, merangkul harap, melangkah bersama saat gundah,
saat bahagia, saat menangis, saat tertawa, saat memandang bersama, saat
menunduk bersama…
Love is embracing the life you both have… Love is an
art, it’s never be a noun.
Love is an action. Cinta adalah tindakan, tindakan untuk memberdayakan.
Love doesn’t say ” I love you because I need you”.
Love says “I need you because I love you”
Cinta adalah aku membutuhkanmu karena aku mencintaimu.
Love is giving but not giving up.
Cinta itu sederhana, ego yang selalu membuatnya tidak sederhana.
Disaat keinginanmu terjebak dalam konflik, maka egomu dan ego orang
lain (entah siapapun itu) akan berseteru hanya untuk memenangkan
pertarungan, lalu cinta menguap dan dipersalahkan karena tidak tepat.
Cinta tidak pernah salah, ego kita yang membuatnya terlihat salah.
Lihatlah cinta sebagai seni yang indah dan bergairah, bukan
sekedar kata benda lalu disalahkan sana-sini karena tidak membuat
bahagia.
Berikan cintamu padanya yang mencintaimu dan memberdayakanmu, bukan pada yang memperdayamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar